Search for:
  • Home/
  • Kilas OPD/
  • BUPATI KEDIRI PIMPIN PETANI NGANGSU KAWRUH PERTANIAN ORGANIK KE WONOGIRI

BUPATI KEDIRI PIMPIN PETANI NGANGSU KAWRUH PERTANIAN ORGANIK KE WONOGIRI

WONOGIRI – Sejumlah petani dari Kabupaten Kediri dipimpin langsung oleh Bupati Kediri, dr. Hj. Hariyanti Sutrisno mengunjungi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Pengayom Tani Sejagad di Desa Kebonagung, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kamis (8/3). Rombongan diterima oleh Wakil Bupati Wonogiri Edy Santosa, SH ditemani kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dispertan) TPH Ir. Safuan, MM; Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Dispertan & UMKM) Ir. Guruh Santoso,MM dan Direktur BUMP Pengayom Tani Sejagad Hanjar Lukito Jati. Mereka ingin belajar mengenai pertanian organik di Wonogiri.

“Ini merupakan kunjungan balasan untuk menindaklanjuti kerjasama anatara Wonogiri dan Kediri. Beberapa waktu lalu Wonogiri sudah belajar di Kediri, sekarang sebaliknya Kediri yang datang kemari. Istilahnya sekarng ini kita membangun sebuah rumah. Kalau rumah sudah terbangun, tinggal menindaklanjuti kerjasama apa yang menguntungan antara dua Kabupaten,” papar Wakil Bupati.

Sementara Bupati Kediri mengatakan, dia tertarik dengan usaha pertanian organik yang dijalankan BUMP tersebut. Terutama dalam hal pembuatan pupuk organik. “Pertanian organk di Wonogiri sudah ada sekitar 10 tahun. Ada sekitar 500 hektare tanaman padi organik. Ada ratusan jenis pupuk organik yang mampu diproduksi para petani Wonogiri. Kami ingin menerapkan pertanian organik di Kabupaten Kediri,” kata Bupati.

Direktur BUMP Pengayom Tani Sejagad Hanjar Lukito Jati menerangkan, luas lahan pertanian organik yang dikelolanya mencapai 500 hektare. Lahan pertanian itu bekerja sama dengan para petani yang menjadi mitra binaannya.

Upaya merintis usaha pertanian organik tidak mudah. Pada panen pertama, dia hanya memanen 20 ton beras. “Pertama kali panen, kami bingung berasnya mau dijual ke mana. Akhirnya hanya dibagi-bagikan saja,” tuturnya.

Selanjutnya, dia mengikuti berbagai pameran di tingkat kabupaten hingga nasional. Beberapa pengusaha mulai melirik produknya. Bahkan, kini ada perusahaan yang membeli sekitar 150-200 ton beras dalam sekali order. “Itu dahulu harus diawali dengan kegagalan. Pengiriman pertama kami sebanyak enam ton pernah ditolak karena banyak kutunya dan karungnya sobek,” kenangnya.

Pihaknya menggerakkan petani untuk menanam padi organik dengan menumbuhkan kesadaran. Pasalnya, produksi beras pada masa tanam pertama hingga ke tiga biasanya justru menurun. Namun akan naik secara bertahap setelah masa tanam ke empat. Pasalnya, pertanian organik mengembalikan kesuburan tanah sehingga petani tidak perlu menggunakan pupuk kimia. “Kalau sudah tanam ke empat, biaya produksinya menurun karena tidak perlu pupuk,” imbuhnya.

Setelah banyak petani yang bergabung, kontrol terhadap kualitas produk organik ditingkatkan dengan menggandeng Lembaga Sertifikasi Organik (LSO). “Meskipun hanya ditemukan sobekan plastik bekas pupuk kimia, petani binaan langsung diberi Surat Peringatan ke tiga (SP-3),” ujarnya. (HUMAS-est)

Leave A Comment

All fields marked with an asterisk (*) are required